1. PETUNJUK UMUM
2. ABSENSI ONLINE
3. MATERI PEMBELAJARAN PLTS
II.4.
Jenis – jenis Solar Cell
Ditinjau dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat
tiga tipe utama sel surya, yaitu sel surya berbahan dasar monokristalin, poli
(multi) kristalin, dan amorf. Ketiga tipe ini telah dikembangkan dengan
berbagai macam variasi bahan, misalnya silikon, CIGS, dan CdTe.
Berdasarkan
kronologis perkembangannya, sel surya dibedakan menjadi sel surya generasi
pertama, kedua, dan ketiga. Generasi pertama dicirikan dengan pemanfaatan wafer
silikon sebagai struktur dasar sel surya; generasi kedua memanfaatkan teknologi
deposisi bahan untuk menghasilkan lapisan tipis (thin film) yang dapat
berperilaku sebagai sel surya; dan generasi ketiga dicirikan oleh pemanfaatan
teknologi bandgap engineering untuk menghasilkan sel surya berefisiensi
tinggi dengan konsep tandem atau multiple stackes.
Kebanyakan
sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi pertama, yakni sekitar 90%
(2008). Di masa depan, generasi kedua akan makin populer, dan kelak akan
mendapatkan pangsa pasar yang makin besar. European Photovoltaic Industry
Association (EPIA) memperkirakan pangsa pasar thin film akan mencapai
20% pada tahun 2010. Sel surya generasi ketiga hingga saat ini masih dalam
tahap riset dan pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala komersial.
Jenis-jenis sel surya digolongkan
berdasarkan teknologi pembuatannya. Secara garis besar sel surya dibagi dalam
tiga jenis, yaitu:
1. Monocrystalline
Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris tipis-tipis.
Kira-kira hampir sama seperti pembuatan keripik singkong. Satu singkong diiris
tipis-tipis, untuk menghasilkan kepingan-kepingan keripik yang siap digoreng. beda dengan kristal silikon murni
yang membutuhkan teknologi khusus untuk mengirisnya menjadi kepingan-kepingan
kristal silikon yang tipis.
Dengan teknologi seperti ini, akan dihasilkan kepingan sel surya yang identik
satu sama lain dan berkinerja tinggi. Sehingga menjadi sel surya
yang paling efisien dibandingkan jenis sel surya lainnya, sekitar 15% -
20%.
Mahalnya harga kristal silikon murni dan teknologi yang digunakan, menyebabkan
mahalnya harga jenis sel surya ini dibandingkan jenis sel surya yang
lain di pasaran
Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun membentuk solar modul (panel
surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini
umumnya berbentuk segi enam atau bulat, tergantung dari bentuk batangan kristal
silikonnya, seperti terlihat pada gambar berikut.
Keterangan gambar:
1. Batangan kristal silikon murni
2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis
3. Sebuah sel surya monocrystalline yang sudah jadi
4. Sebuah panel surya monocrystalline yang berisi susunan sel surya
monocrystalline. Nampak area kosong yang tidak tertutup karena bentuk sel surya
jenis ini.
2. Polycrystalline
Jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur / dicairkan
kemudian dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kemurnian kristal
silikonnya tidak semurni pada sel surya monocrystalline, karenanya sel surya
yang dihasilkan tidak identik satu sama lain dan efisiensinya lebih
rendah, sekitar 13% - 16% .
Tampilannya nampak seperti ada motif pecahan kaca di dalamnya. Bentuknya yang
persegi, jika disusun membentuk panel surya, akan rapat dan tidak akan ada
ruangan kosong yang sia-sia seperti susunan pada panel surya monocrystalline di
atas. Proses pembuatannya lebih mudah dibanding monocrystalline, karenanya
harganya lebih murah. Jenis ini paling banyak dipakai saat ini.
3. Thin Film Solar Cell (TFSC)
Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau beberapa
lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya jenis
ini sangat tipis karenanya sangat ringan dan fleksibel.
Jenis ini dikenal juga dengan nama TFPV (Thin Film Photovoltaic).
Berdasarkan materialnya, sel surya thin film ini digolongkan menjadi:
3.1. Amorphous Silicon (a-Si) Solar Cells.
Sel surya dengan bahan Amorphous Silicon ini, awalnya banyak diterapkan pada
kalkulator dan jam tangan. Namun seiring dengan perkembangan teknologi
pembuatannya penerapannya menjadi semakin luas. Dengan teknik produksi yang
disebut "stacking" (susun lapis), dimana beberapa lapis
Amorphous Silicon ditumpuk membentuk sel surya, akan memberikan efisiensi yang
lebih baik antara 6% - 8%.
3.2. Cadmium Telluride (CdTe) Solar Cells.
Sel surya jenis ini mengandung bahan Cadmium Telluride yang memiliki efisiensi
lebih tinggi dari sel surya Amorphous Silicon, yaitu sekitar: 9% - 11%.
3.3. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solar Cells.
Dibandingkan kedua jenis sel surya thin film di atas, CIGS sel surya memiliki
efisiensi paling tinggi yaitu sekitar 10% - 12%. Selalin itu jenis ini tidak
mengandung bahan berbahaya Cadmium seperti pada sel surya CdTe.
Teknologi produksi sel surya thin film ini masih baru, masih banyak kemungkinan
di masa mendatang. Ongkos produksi yang murah serta bentuknya
yang tipis, ringan dan fleksibel sehingga dapat dilekatkan pada
berbagai bentuk permukaan, seperti kaca, dinding gedung dan genteng rumah dan
bahkan tidak menutup kemungkinan kelak dapat dilekatkan pada bahan seperti baju
kaos.
II.5. Sistem Perhitungan Solar Cell
Energi baru dan yang terbarukan mempunyai peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan energi. Hal ini disebabkan penggunaan bahan bakar untuk pembangkit-pembangkit listrik konvensional dalam jangka waktu yang panjang akan menguras sumber minyak bumi, gas dan batu bara yang makin menipis dan juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Salah satunya upaya yang telah dikembangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS atau lebih dikenal dengan sel surya (sel fotovoltaik) akan lebih diminati karena dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang relevan dan di berbagai tempat seperti perkantoran, pabrik, perumahan, dan lainnya. Di Indonesia yang merupakan daerah tropis mempunyai potensi energi matahari sangat besar dengan insolasi harian rata-rata 4,5 - 4,8 KWh/m² / hari. Akan tetapi energi listrik yang dihasilkan sel surya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang diterima oleh sistem.
Dalam merencanakan pembangunan PLTS terlebih dahulu diperhitungkan beban dari PLTS sehingga kita dapat menghitung kapasitas listrik tenaga surya yang akan dibangun. Berikut ini merupakan contoh perhitungan beban pada perumahan tipe 36 sebanyak 10 unit rumah.
Asumsi Rencana Pembebanan
Total energi sistem yang disyaratkan
adalah sebesar :
ET
= EA + rugi-rugi system ET : Energi
total termasuk rugi-rugi yang diperhitungkan
= EA + (15%
x EA)
EA : Energi total tanpa rugi-rugi
= 51860 WH +
(15% x 51860WH)
= 59639 WH
Jadi
total energi sistem yang disyaratkan sebesar 59639 WH
0 comments:
Post a Comment